Monday, October 26, 2009

Sapa anak di ujung lebaran

Hatiku terpesona, menuju anak dan ibu sabar menunggu,

"nak sabar,bapak kan pulang, ole ole lebaran hanya buat mu trsayang",

si anak riang tetap berlari, dalam hti ibu pucat pasi, "mna, kmana bapak nak ?,

berapa bis lagi kt pndangi ?",

Dr balik pntu stengah sj masih trbuka, "Bapaaak, kami rindu, tidak apa nunggu lama, jenuh trbuang dengan bapak slamat ke pelukan".

Oh ini lebaran sungguh mulya, Rindu jauh sampai dipelukan jua

Nuansa indah pagi

Kicau burung menyambut langit merah jingga merona, dingin beku rumput dan daun membujur kaku. Masih berselimut kabut aku menyapa mu, Ikhlas ku berharap Ridho Mu. aku ini hamba, berdo'a yg ku bisa. Engkaulah -Allah- yg kuasa, Menentu akhir atas usaha.

Hati yang bersarang

Aku mau selalu menyapamu. Di kedamaian, penuh kejujuran. Kala hati tlah pergi. Bukan hilang, kini ia tlah bersarang.

Menjawab iah

Apa yang mesti aku kata, kalau kau terima apa adanya

Ini hati penuh luka sudah kau ganti jua

Dingin tak terasa, di langit warna berubah jingga

hangatnya menyapu tubuhku

mimpi hilang, pagi menjelang

Bukan lamunan, tapi kenyataan sungguh

suara mu bangunkan aku dari kesendirian

....ohhhh

ini jalan masih panjang,

batu, gunung, dan jurang ada didepan

berjalan kita bersama, berdo'a kita Pada-Nya

menengadah mengharap Ridho-Nya

Sunday, October 25, 2009

Buat iah

Anggun, betapa
Indah tersa, sejuk dimata
Damai dihati
Benar adanya dan berbeda
Dari siang, keji sesak
Kini segala diam, hanya manusia
Penuh canda hangat bersahabat diantara keluarga

Waktu betapa
Besar karunia, tenram terasa
Kala datang malam bersua
Kala aku rindu dia
Dari wangi yang tercium seusai mandinya

Sunday, September 13, 2009

Surabaya pukul 2 malam

Surabaya, seribu peristiwa.
Senapan sudah disimpan, cerita terpendam.
Megah kota ditengah malam, keanggunan yang ditebus beribu nyawa berguguran.

Friday, September 11, 2009

Mengusir setan lagi

lihat bintang, hanya kedip kecil dalam lautan malam.
Hati bahagia, tampaklah keindahan.
Setan berganti mengisi hati,mengisi benci, meski sendiri tak akan aku sepi.
Bintang berkelip, aku berbagi, memungut kata dari sisa sisa, membangun karya buatku sendiri. Dengan setan ta' mau aku peduli.

Tuesday, August 18, 2009

Harapan Seseorang

Andai ada kesempatan, akupun ingin bicara. Dalam sebuah tataran yang lebih bijaksana. Aku pun mau menjelaskan apa arti komitmen bersama. Dan kita dalam hal ini tidak lagi berkata 'tidak atau ya" tapi kita sudah merupakan bagian sistem alam semesta yang berkewajiban menjaga eksistensi kehidupan. Akhirnya itulah sebuah harapan, sebuah arti hubungan "pacaran", tentang makna cinta dalam kehidupan. Dimana cinta bukan hanya membicarakan tentang kebutuhan pribadi kita, namun juga tentang kebutuhan sosial...

Nyanyian Anak 2009

Tujuh Belas Bulan Delapan
Yang ada kumpulan tugu mati
Dan sekuntum melati jika kami sempat

(17/08/09)

Friday, August 14, 2009

Mengusir setan

Aku menempuh panjang hari ini
oho..semua mendekat, mendekat
Menjauh terlampau cepat

Menjauh pula kau setan
Dari beranak pinak di dadad yang teramat sesak
dari hati diliput sepi

aku belum sendiri tak mau terisi benci
Biar sekeliling menjadi matyi
Tak kan aku sendiri
bagiku karya tempatku berbagi

Aku mau kita bersatu

Aku mau kita ber Satu

Aku berdiri di gunung
menatap sebelah itu gunung
oh...terpecah lembah

Ku pasang galah
Tiang dari bambu aku dirikan
Tali temali sudah dikaitkan
Tapi jarak belum tersambung jua

oh..lembah
Ta' sanggup aku jeramah
Menuju gunung sebelah
Menyebrang Bhineka
Merajut tunggal ika dalam dekap sang garuda

Dan kini ketika kerja tak lagi bisa sendiri
Kita lah yang menentukan
Mengait tali dari dua sisi
Atau diam ta' berarti

Mengenang Chairil

Mengenang Chairil

Badan mu yang kini mati
Tak lagi bisa mengangkat Pena
Mendirikan rumah dari timbun sajak
Tempat kau berbini dan beranak

Yang tinggal kau cuma tumpukan tulang
Siapakah tak kenal akan dirimu

kau bicara pada kami dengan karya
Penuh semangat, vitalitas
Dan jika dada terasa sedu serta tawa
Kau beri kami tau arti

Kau sekarang hanya nama
Tapi kami yang kan meneruskan
Memberi cerita kepada tiap perisriwa baru

Dan nanti ketika karya tlah disimpan, mainan kata juga usang
Yang tinggal kau cuma tumpukan tulang
Tapi kami masih tetap mengenangmu
Mengenang hampa, aku
Dari karawang bekasi

Monday, July 27, 2009

VITALITAS

VITALITAS

AKU MAU MERDEKA
BEBAS DARI SEGALA
TIDAK BERLARI - SEMBUNYI
MAJU, SERBU PADA APA YANG MENJADI
HIDUP SEMATI BEKU

KITA - SEGUMPAL TANAH - TERDAMPAR
DI MEDAN PERANG
HIDUP DARI SEMANGAT
SEKALI TERBAKAR,
PANTANG BARA TU' PADAM

Kita Bukan Siti Nurbaya

Kita Bukan Siti Nurbaya

Aku bicara tentang siapa ?
Ini hati siapa yang punya ?
Aku berlari ke pelabuhan tak bernama
Tidak tau akhir atas segala
DI Tengah dijemput sepi atau di penghabisan di tubuh kita kan sandarkan

Kita - sekumpulan debu - di ruang malam buta
Hanya melihat - sebagian hidup - dari cerita panjang

Jadi kenapa tidak kita merintis jalan ; Dara
Menjani penulis lagu kehidupan ; sendiri
Kita bukan lagi anak di masa Siti Nurbaya
Kita adalah anak dari masa lain

Sekarang kita sudah sanggup menembus mega khatulistiwa
Dan menghitung waktu terjadi gerhana

Karena itu
Mari kita putuskan
Pada siapa yang masih setia
Menghormati kemurnian cinta
Tidak menunggangi kata
Tidak memoles memantra kata

Mari kita putuskan
Sebelum menyerahkan pada siang dan malam
Pada Takdir Tuhan Maha Bertahta

Akhirnya aku berkata

Berapa Bulan aku harus bertahan
Sebab pertahanan bukan strategi kemenangan

Berapa bulan aku harus menunggu
Sebab menunggu bukan mengejar
Dan bersiap menemu kepastian

Berapa bulan aku berbulan-bulan
Ditengah dingin dan sepi malam
Di jerat mimpi ditahan diam

Berapa bulan yang kutuju
Ku jawab pasti berapa bulanpun kamu
Pertama, terakhir, hanya ini satu

Berkata akau
Aku belum bisa berkata apa
Kalau aku berkata, sungguh sulit benar matipun kau percaya

Berkata kau ; benar
Aiueo, aiuiu, aiumu bisa tipu, aiomu bisa semu
Sedang esok hari siapa yang tau

Kata berkata
Kalau Galih mau beberapa bulan buktikan itu
Tu' mati tetap kita satu

Akhirnya aku berkata
Ya

Dara "Perempuan Berkerudung"

Perempuan itu berkerudung, ibu
Tingginya tak sampai sejajar dengan tinggiku
Matanya hitam tak setajam elang
Tinggalnya bersama sepupu

Ibu,
Di sekelilingnya padat rumah, di kota Surabaya
Saat malam dalam tiba
Rasanya bulan di atas seakan memberi tau
Dari bayang-bayang sebuah jendela bisu
Terbesit perempuan itu tidur dalam keanggunan

Buat Dara

Aku berpikir lebih baik aku sembunyi
Menarik Hidup dari mimpi kita esok hari
Sambil diiringi suara-suara ; sampai sini sajalah ...!
Sudah itu berpindah pada Tanah dan Air yang lain

Apa Yang Terjadi...?

Dada berhenti berdetak, segala yang hidup menjadi mati
Ada kaki lemas terkulai dan suara yang kucinta ditiap pagi
Juga kan berhenti

Sudahlah...!; Aku menyerah
Aku tersesat tak dapat jalan
Di Hitam matamu sudah menyatu hidupku

Nb : Hanya dengan kata aku berbagi rasa, buat dara....